Rahab, Wanita Berdosa yang dikasihi Allah
Lagi dan lagi, Tuhan menunjukkan kasih setianya terhadap manusia tanpa pandang bulu.
Kali ini tokoh yang akan dikupas setajam silet adalah Rahab.
Tokoh wanita Rahab ini terasa asing di telinga saya saat pertama kali membaca perikop ini. Namun begtu saya memulai membaca paragraf demi paragraf, saya akhirnya mengingat kisah seorang wanita yang menyelamatkan dua orang mata-mata Israel di kota Yerikho saat sekolah minggu dulu.
Siapa sangka, Rahab adalah wanita berdosa, namun tercatat sebagai salah satu perempuan yang tertulis dalam daftar saksi-saksi iman dalam Ibrani 11 bersama Sara, yang notabene sering kita dengar.
Apa yang berbeda dari Rahab ini?
Rahab mengimani bahwa Allah Israel itu besar kuasaNya dengan mujizat-mujizatnya dalam memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir, terutama kisah terbelahnya Laut Teberau. Mengutip dari Matius 17:20 : ......... Sesungguhnya sekiranya kamu memiliki iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana.....
Karena iman Rahablah yang menyelamatkan beliau dari runtuhnya kota Yerikho di tangan Israel dan dia dibawa menjadi bagian dari bangsa Israel karena kebaikan hatinya dalam menyelamatkan orang Israel tersebut.
Kasih karunia Allah tidak putus sampai di sini. Label yang dipakai untuk menjelaskan identitasnya adalah "seorang perempuan sundal" tidak menjadikan karunia Allah terputus begitu saja bagi dia. Allah mengangkatnya dan memberikannya "gelar baru" yaitu ibu dari Boas, suami Ruth yang dikenal di Alkitab sebagai pria yang perhatian, bertanggung jawab dan berbelas kasih dan jauh ke depan kita akan melihat bahwa garis keturunannya dipakai Allah untuk mewujudkan karya keselamatan bagi dunia lewat Yesus Kristus (bdk. Matius 1)
Pembelajaran apa yang didapat dari kisah ini?
1. Kasih karunia Allah itu tidak pandang bulu teman. Riwayat hidup yang kelam bukan menjadi penghalang kita untuk merajut mimpi besar menjadi laskar Kristus. Kamu bahkan bisa menjadi teladan bagi orang lain melalui kisah hidup yang nyata. So penuhi panggilan Allah dengan menjadi kehidupan kita dengan iman teguh kepada Allah
2. Kita juga sadar sebagai manusia untuk belajar dalam menjaga sikap terhadap sesama kita. Sesama makhluk berdosa kita tidak pantas untuk men-judge orang lain lebih baik dari kita dan dia tidak layak untuk mendapatkan berkat dari Tuhan. Sekedar mengingatkan kita kembali dengan kisah Miryam sebelumnya.
Komentar
Posting Komentar